Tepat Hari ini 17 September 2020, Korps HMI-Wati telah berusia 54 tahun. Tadi malam saya mencoba menyiapkan hadiah atau "Kado" untuk ulang tahunnya. Saya iseng searching di google scholar dengan kata kunci: "KOHATI Korps HMI-Wati".
Kata kunci yang saya masukkan hanya memberikan hasil pencarian kurang lebih 40-an Artikel, dan hanya beberapa artikel yang kontennya memiliki relevansi dengan KOHATI. Di antaranya terdapat 2 artikel yang merupakan hasil penelitian mahasiswa S1 tentang KOHATI serta 2 artikel tentang HMI. Hasil pencarian yang lain mayoritas memuat kata ‘KOHATI dan HMI’ hanya dalam kata pengantar karya ilmiahnya.
Ini berarti masih minimnya informasi ilmiah mengenai sejarah pergerakan KOHATI yang bisa diperoleh secara online. Di beberapa blog memang ada, akan tetapi kadang tidak menyertakan sumber yang jelas.
Artikel pertama yang saya peroleh berjudul “Peran kohati cabang Ciputat periode 1970-1980 dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta” yang merupakan hasil penelitian Maria Ulfah, mahasiswi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedangkan artikel kedua “Dinamika Organisasi Perempuan Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Pekanbaru Periode 2008-2011” naskah publikasi Defi Andriani dari Universitas Riau.
Saya mencoba searching lagi di google, dan menemukan skripsi Isnaini, mahasiswa Universitas Airlangga yang berjudul “Korps HMI-Wati (KOHATI) dan Politik Identitas Perempuan (Studi Deskriptif Mengenai Eksistensi Pergerakan Kohati di Indonesia)”.
Ulfah (2011) dalam skripsinya menjelaskan tentang peran KOHATI Cabang Ciputat periode 1970-1980 dan pengaruhnya terhadap perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta. Ada beberapa prestasi dari kader KOHATI Cabang Ciputat yang ditampilkan dalam skripsi ini sebagai bukti bahwa KOHATI Cabang Ciputat pada masa itu berhasil membina kader pada wilayah internal dan menjadi pelopor bagi perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta pada wilayah eksternal.
Skripsi ini pada hakikatnya hanya membahas bagaimana peran KOHATI Cabang Ciputat dalam perkembangan intelektual mahasiswa IAIN Jakarta, dan sedikit menyinggung proses perkembangan KOHATI ditingkat Nasional sebagai gambaran perkembangan KOHATI ditingkat daerah salah satunya yaitu KOHATI Cabang Ciputat.
Andriani (2014) dalam penelitiannya menemukan hasil bahwa dinamika yang terjadi di KOHATI HMI Cabang Pekanbaru Periode 2008-2011 di antaranya: Kualitas kader yang semakin menurun sehingga menyebabkan permasalahan-permasalahan baik internal maupun eksternal yang sulit untuk diselesaikan; Degradasi kader; Perkaderan yang mandeg; Kurang peka terhadap isu-isu perempuan; Pengurus merupakan mahasiswa ‘semester atas’; serta Pergeseran pemahaman mengenai peran keberadaan organisasi yang menaungi.
Isnaini (2008) dalam skripsinya memberikan gambaran mengenai eksistensi peranan KOHATI dan arah dari pergerakan dan perjuangan KOHATI selaku badan khusus keperempuanan dalam HMI dan selaku organisasi perempuan di eksternal HMI sehubungan dengan munculnya ide pembubaran atau otonomisasi KOHATI, serta alasan-alasan kenapa KOHATI menolak ide tersebut. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa secara massif KOHATI telah membuktikan eksistensinya baik di internal HMI maupun di masyarakat secara luas melalui realisasi program-programnya dan lebih memerankan perempuan dalam setiap aktivitas ke-HMI-an, dengan mengusung isu yang bertumpu pada masalah kesejahteraan, pemberdayaan, egalitarianisme, demokrasi dan moralitas masyarakat.
KOHATI juga melakukan edukasi kepada para kadernya dalam bentuk seminar, pelatihan kaderisasi, penelitian, kajian-kajian dan diskusi. Tetapi eksistensi tersebut tidak serta merta melegitimasi kedudukan KOHATI dalam HMI. Muncul ide untuk membubarkan atau mengotonomkan KOHATI. Dan KOHATI menolaknya, dengan alasan KOHATI belum mempunyai basis finansial yang kuat dan mandiri, belum mempunyai konstitusi dan sistem pengkaderan sendiri, serta budaya organisasi HMI yang maskulin yang dapat menghambat proses penyadaran tentang kesetaraan gender membuat KOHATI tetap ingin mempertahankan badan khusus keperempuanannya tersebut.
Keberadaan KOHATI sebagai wadah dalam mematangkan kader HMI-wati yang rata-rata umumnya mempunyai intelectual capacity yang lemah dibanding HMI-wan. Andriani (2014) dan Isnaini (2008) sependapat bahwa KOHATI masih memiliki banyak masalah internal, baik masalah personal HMI-wati-nya maupun masalah di tingkat organisasi.
Masalah personal yang sederhana namun menurut saya sebenarnya merupakan hal prinsip diutarakan oleh Kakanda Abdul Rifai Betawi dalam artikelnya “Reposisi Peran Kohati dalam Dinamika Gerakan Perempuan”. Dalam tulisan tersebut dikatakan bahwa HMI-wati masih banyak yang terjebak pada style-style yang trendy. Padahal jilbab bukanlah sekedar kemasan keislaman seorang wanita muslim namun jilbab harus dijadikan sebagai penjaga fitrah kewanitaan. Jilbab jangan cuma ditafsirkan sekedar mantel yang peranan "mode" nya lebih penting dari pada penjaga moral.
Terkait masalah di tingkatan organisasi, tentunya saya tidak berani berkomentar banyak. Sebab, saya bukan bagian dari KOHATI Tersebut. Tapi saya juga tidak berani membantah apa yang dinyatakan oleh Andriani (2014) dan Isnaini (2008). Masalah-masalah yang telah dipaparkan tidak perlu di-debat-kusir-kan. Jika ingin membantah hasil penelitian yang telah ada, saya rasa secara kelembagaan, KOHATI baik di tingkat cabang maupun pengurus besar, ataupun personal HMI-wati mampu melakukannya.
Sebagai insan akademis, penelitian merupakan hal yang biasa, apalagi jika dilakukan oleh organisasi secara terstruktur, pasti akan lebih mudah. Hasil penelitian yang ada bisa dijadikan bahan rekomendasi untuk perbaikan organisasi ke depannya.
Akhir kata, Selamat Milad KOHATI. Tidak terlalu penting berapa usiamu dan bagaimana meriahnya perayaan pertambahan usiamu. Yang terpenting adalah apa yang telah, sedang, dan akan kau perbuat demi menjaga kokohnya tiang negara.
**
0 Komentar